Study Abroad Series: Mulai dari mana?

Bagian pertama dari Study Abroad Series

Blog series pertamaku yang bakal fokus buat sharing apapun yang berkaitan dengan Study Abroad. Blog series ini bakal ditulis dalam bahasa Indonesia yang casual karena target pembacanya adalah orang Indonesia juga. Blog series ini bertujuan untuk memberikan gambaran bagaimana proses pemilihan kegiatan, persiapan dokumen, seleksi, visa application, dsb.

Blog series pertama ini akan dimulai dengan menjawab pertanyaan “Mulai dari mana, sih?”. Proses mendaftar kegiatan study abroad memang bukan hal yang mudah. Seabrek berkas yang perlu dikumpulin dan panjangnya proses ini kadang bikin kita minder duluan. Tapi tenang aja, di blog ini aku bakal rombak keseluruhan informasinya.

Langkah besarnya kayak gimana, sih?

Beberapa hal yang perlu temen-temen lakukan meliputi:

  1. Tentukan program tujuan yang akan diambil
    Banyak nih yang bilang kalau mereka pengen kuliah ke luar negeri, tapi kurang familiar sama opsi opsi programnya. Jadi, tentukan dulu ya programnya.
  2. Tentukan beberapa opsi universitas tujuan
    Sebisa mungkin pilihlah kampus yang memang sudah punya kerjasama dengan kampus temen-temen, hal ini untuk meningkatkan probabilitas diterima di program tersebut. Selain itu, biasanya beberapa skema pendanaan terbatas untuk mahasiswa yang memang punya MoU langsung dengan kampus, misal Erasmus+. Di mana temen temen bisa cari info ini? Silakan cek list MoU kampus temen temen, kalau mahasiswa ITS bisa dicek di link ini yaa.
  3. Cari info yang banyak
    Setelah punya target, lakukan riset mendalam mengenai program atau skema seleksinya. Nah, info yang bisa temen-temen cari meliputi silabus, fasilitas, kegiatan ekstrakurikuler, dan testimoni para alumni.
  4. Cari alumni yang bisa dihubungi
    Hal penting yang perlu dipertimbangkan yaitu carilah alumni yang bisa dihubungi. Ini akan sangat membantu temen-temen untuk mendapatkan gambaran umum mengenai seluruh proses dari awal hingga akhir yang spesifik di program itu saja. Ke depannya aku bakal bikin podcast yang mengundang alumni dari berbagai macam program. So, tunggu aja ya! Sementara baca blog series ini dulu untuk gambaran umumnya.
  5. Mulai daftar!
    Tau gasih kenapa yang lolos di ETH Zurich gak banyak yang dari Indonesia? Ya simply karena emang gak banyak yang daftar ke sana. Jadi, iseng aja dulu daftar. Aku dulu daftarnya 8 jam sebelum deadline, tapi lucky enough buat secure Conditional LoA dari ETHZ dan UZH.

Programnya apa aja, sih?

Perlu dipahami dulu, kegiatan apa saja sih yang bisa kita ikuti untuk kegiatan belajar di luar negeri? Terdapat berbagai opsi kegiatan non-degree yang meliputi student exchange, excursion, internship, dan volunteer. Sedangkan kegiatan degree meliputi studi lanjut S2 atau jenjang S3. Dengan mengetahui sekilas mengenai macam-macam opsinya, kita bisa lebih mudah membuat plan setelah menentukan program tujuan.

Non-degree program

  1. Student Exchange
    Kegiatan pertukaran pelajar ini merupakan opsi yang paling umum dan banyak diminati mahasiswa dari berbagai jenjang mulai dari S1, S2, hingga bahkan S3. Hal ini disebabkan karena dapat ditempuh selama dalam periode pendek, misal dalam 1 semester saja. Siswa biasanya mengikuti program yang sama dengan siswa lokal di institusi yang mereka kunjungi. Program ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk punya pengalaman budaya baru, meningkatkan kemampuan bahasa, dan mendapatkan pengalaman akademik internasional.

  2. Excursion
    Program ekskursi adalah perjalanan pendidikan singkat yang diselenggarakan oleh institusi pendidikan ke tempat-tempat tertentu di luar negeri. Tujuan dari program ini adalah untuk memberikan pengalaman langsung kepada siswa terhadap topik-topik tertentu yang sedang dipelajari di kelas. Misal, sebuah institusi pendidikan di bidang arkeologi dapat mengadakan ekskursi ke situs-situs bersejarah di negara lain. Nah info info semacam ini bisa temen-temen akses di website institusi kemitraan global kampus temen temen. Untuk mahasiswa ITS silakan akses di link ini.

  3. Internship
    Program magang internasional memungkinkan siswa untuk mendapatkan pengalaman kerja di luar negeri. Biasanya, siswa akan ditempatkan di perusahaan atau institusi yang relevan dengan bidang studi mereka. Program magang ini membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan profesional, memperluas jaringan, dan mendapatkan wawasan tentang pasar kerja internasional. Sebelumnya, aku pernah punya mentee yang lolos internship di Kumamoto University di bawah Jasso Scholarship, pengalamannya bisa dibaca di link ini. Kalau mau baca soal mentoring program yang pernah kulaksanakan, silakan baca di link ini.

  4. Volunteer
    Program sukarelawan internasional memberikan kesempatan bagi siswa untuk memberikan kontribusi positif kepada masyarakat di luar negeri melalui kegiatan sukarela. Ini bisa meliputi proyek-proyek pembangunan, pendidikan, kesehatan, atau lingkungan. Program sukarelawan membantu siswa untuk mengembangkan empati, keterampilan kepemimpinan, dan pengalaman berinteraksi dengan budaya dan masyarakat yang berbeda. Informasi kayak gini dulu ku dapatkan dari temenku, si Hurrin. Kebetulan banget dia aktif di Aiesec Jember, jadi dia familiar banget sama ketersediaan programnya. Buat temen-temen yang mau baca, silakan akses di link ini yaa.

Degree program

  1. Degree Program S2 (Magister)
    Program magister internasional adalah program pascasarjana yang memungkinkan siswa untuk mengejar gelar master di luar negeri. Program ini biasanya berlangsung selama satu hingga dua tahun, tergantung pada program dan negara tujuan. Siswa yang memilih untuk mengejar gelar master di luar negeri dapat memilih dari berbagai bidang studi, mulai dari ilmu sosial, humaniora, ilmu alam, teknik, bisnis, dan lainnya.
    Manfaat dari mengejar gelar master di luar negeri termasuk akses terhadap pendidikan tinggi yang berkualitas tinggi, pengalaman belajar yang beragam dengan mahasiswa dari berbagai negara, serta peluang untuk memperluas jaringan profesional secara global. Program-program magister juga sering kali menawarkan kesempatan untuk melakukan penelitian atau praktik di industri terkait, yang dapat meningkatkan keterampilan dan pengetahuan siswa dalam bidang studi mereka.

  2. Degree Program S3 (Doktor)
    Program doktor internasional adalah program pascasarjana yang memungkinkan siswa untuk mengejar gelar doktor (Ph.D. atau sejenisnya) di luar negeri. Program doktor biasanya berfokus pada penelitian mendalam di bidang studi tertentu dan dapat berlangsung antara tiga hingga lima tahun, tergantung pada negara dan institusi yang dipilih.
    Siswa yang memilih untuk mengejar gelar doktor di luar negeri sering kali memiliki minat yang kuat dalam penelitian akademis atau industri tertentu. Program doktor internasional memberikan kesempatan untuk bekerja dengan supervisor yang ahli di bidang mereka, mengakses sumber daya penelitian dan fasilitas laboratorium yang canggih, serta berpartisipasi dalam jaringan akademis internasional. Selain itu, menyelesaikan gelar doktor di luar negeri dapat membuka pintu untuk karir akademis atau riset di luar negeri.

Pendanaan gimana, boss?

Ada tiga jenis skema pendanaan untuk segala program yang saya sebutkan di atas yaitu skema pendaaan penuh, pendanaan parsial, dan pendanaan pribadi. Skema pendanaan penuh umumnya meliputi biaya akomodasi, biaya hidup, dan tuition fee (sebutlah UKT kalau di sini). Sementara untuk pendanaan parsial kadang hanya mencakup tuition fee saja, atau biaya hidup saja. Jadi, sisanya perlu mengeluarkan biaya sendiri. Terus sumber dananya bisa dari mana aja sih? Nah berikut sumber pendanaan dan contohnya:

  1. Beasiswa Pemerintah atau Swasta
    Banyak negara dan lembaga swasta menawarkan berbagai jenis beasiswa untuk mendukung studi di luar negeri. Beasiswa ini bisa berupa beasiswa penuh atau parsial yang mencakup biaya kuliah, biaya hidup, dan kadang-kadang juga tiket pesawat. Persyaratan dan proses aplikasi untuk setiap beasiswa bisa berbeda, dan biasanya kompetitif, tetapi bisa menjadi sumber pendanaan yang sangat berharga. Salah satu yang umum untuk degree program adalah LPDP, Stipendum Hungaricum, MEXT, Australian Awards, dan masih banyak lagi.

Untuk pengalamanku sendiri, aku pernah dapet beasiswa dari Thailand yaitu ASEAN-NON ASEAN Scholarship 2019 untuk program exchange selama 1 semester di Chulalongkorn University, silakan baca pengalamanku di sini. Selain itu aku juga pernah dapet Erasmus+ untuk program exchange 1 semester di University of Szczecin.

  1. Beasiswa dari Institusi Pendidikan
    Beberapa universitas dan perguruan tinggi di luar negeri menawarkan bantuan keuangan kepada mahasiswa internasional dalam bentuk beasiswa, penghapusan biaya kuliah, atau pekerjaan di kampus. Ini bisa menjadi opsi yang baik untuk membantu menutupi sebagian biaya pendidikan dan meminimalkan jumlah pinjaman yang dibutuhkan.

  2. Kerja penuh waktu sebagai peneliti
    Ini skema yang akan kujalankan selama di University of Vienna pada jenjang S3. Nanti tuition fee ditanggung kampus, dan biaya hidup didapatkan dari gaji bulanan yang didapatkan dari kampus. Umumnya, PhD program seperti ini bisa dicari melalui portal karir dari universitas tujuan. Misalnya di ETH Zurich. Skema ini tidak ada persyaratan untuk pulang mengabdi setelah lulus, ini bisa jadi opsi buat temen temen yang ingin berkarir terlebih dahulu setelah lulus nantinya.

  3. Pendanaan Pribadi
    Sumber pendanaan pribadi, seperti tabungan atau dukungan dari keluarga, juga dapat digunakan untuk mendukung studi di luar negeri. Penting untuk merencanakan dan mengelola keuangan dengan bijaksana untuk memastikan bahwa sumber pendanaan ini cukup untuk menutupi biaya selama masa studi. Namun, umumnya ini bukan pilihan pertama, ada baiknya untuk mencari skema pendanaan dari beasiswa terlebih dahulu.

Persyaratan dokumennya apa saja?

Terdapat beberapa dokumen standar yang umum ditemui meliputi essay, surat rekomendasi, transcript, CV, ijazah, formulir, proposal riset, formulir, sertifikat kemampuan bahasa, dan motivation letter.

Namun ada syarat krusial yaitu CV, transcript, dan sertifikat kemampuan bahasa (IELTS, TOEFL, dll). Kenapa ini kusebut krusial? Karena kualitas CV, kemampuan bahasa dan transcript ini perlu disiapkan jauh-jauh hari dengan memastikan nilai baik dan punya berbagai pengalaman non akademik. Nah umumnya ketika sudah punya 3 ini, temen temen bisa nekat daftar programnya, karena persyaratan lain bisa diselesaikan dalam waktu dekat.

Mind map plan

Aku kebiasaan bikin mind map untuk seluruh kegiatanku buat menstrukturisasi alur pikiranku agar jadi lebih rapi, berikut contohnya pas persiapan S3 dulu. Nah mindmap ini biasa kubuat pakai, SimpleMind Pro.

Mind Map Umum
Mind Map Umum
Mind Map Khusus
Mind Map Khusus

Penutup

Ya, begitulah gambaran umum di bagian pertama ini, semoga temen-temen bisa mendapatkan manfaat berupa gambaran yang lebih clear mengenai persiapan study abroad. Silakan kontak aja yang mau tanya-tanya atau mau mentoring berbayar melalui contact.

See you di blog berikutnya!

Oiya, share feedback temen-temen secara anonim di link ini, yuk.

Edo Danilyan
Edo Danilyan
PhD Researcher

Interested in computational biology.