Jawaban Dari Berbagai Penolakan

Penulis saat di Chulalongkorn University(2020)

Pendahuluan

Kehidupan akademikku terbilang cukup biasa saja dan tergolong medioker. Hidup adem ayem di pinggiran kabupaten, membuatku tak terlalu memiliki mimpi yang tinggi. I mean, aku tidak lahir di privileged family yang punya koneksi di mana mana, aku tidak dibesarkan di lingkungan yang kompetitif, sehingga ini membuatku berpikir bahwa untuk kuliah saja sudah syukur, apalagi sampai bermimpi untuk kuliah di luar negeri, hampir tidak mungkin. Untuk memenuhi kebutuhan sehari hari saja bukan hal mudah, jangan bercanda.

Penolakan

Long story short, saat aku masuk di tahap kelas 12 SMA, aku mendapatkan kesempatan mendaftar SNMPTN 2017 dan mendaftarkan diri di Sekolah Tinggi Intelijen Negara. Ketika itu, aku mendaftarkan diri di UNEJ, Teknik Sipil sebagai pilihan pertama, Teknik Mesin sebagai pilihan kedua. Aku cukup percaya diri kalau aku bakalan lolos skema ini, mengingat nilaiku yang tak terlalu buruk serta terdapat beberapa alumni dari SMAku yang terdaftar di jurusan tersebut. Namun beberapa bulan kemudian, aku dihadapkan kenyataan pahit kalau aku gagal SNMPTN 2017. Aku cukup sedih, namun masih ada kesempatan SBMPTN 2017. Saat itu aku kembali memilih kampus dan program studi yang sama. Hasilnya juga gagal. Di sisi lain, aku juga gagal di tahap akhir tes STIN. Di fase ini aku kebingungan karena kawan kawanku telah terdaftar di perguruan tinggi negeri ternama dan lembaga lembaga yang prestis. Tentu, aku mengalami banyak tekanan dari banyak pihak yang memiliki ekspektasi tinggi padaku. Kegagalan ini membuatku semakin terpuruk. Saat itu aku mencari segala alternatif seperti masuk seluruh skema tes di POLINEMA, dan gagal semua. Sial sekali. Setelah itu aku mencoba peruntungan di mandiri UM sambil berat hati memikirkan bagaimana nanti cara membayar uang pangkal dan spp yang tentu bagiku merupakan jumlah yang tidak sedikit. Hasilnya? Gagal juga, sial.

Bagiku, 2017 adalah titik terendahku. Kenapa tidak? Bundaku hilang kontak beberapa bulan, ayahku tidak peduli aku di mana, dan masih harus menerima fakta bahwa aku setidak beruntung dan sebodoh itu, semua kata kata motivasi tidak dapat kuterima di fase itu. Kegiatanku hanya bersedih dan berusaha menerima fakta ini. Pernah suatu malam aku berkendara Situbondo-Bondowoso berjam jam hanya untuk menangis di sepanjang jalan. Sialan, aku selemah itu.

Beberapa bulan selepas itu, kampus expo bondowoso yang bekerja sama dengan primagama membuka tryout SBMPTN, aku mencoba mendaftar untuk melihat bagaimana kemampuanku setelah berbulan bulan tidak belajar. Ternyata, aku masuk nominasi 10 besar dan mendapatkan beasiswa kursus intensif SBMPTN Primagama Bondowoso. Aku bertemu dengan orang orang dengan vibes positif, terbuka, kompetitif serta saling mendukung. Aku sangat bersyukur bisa mendapatkan kesempatan ini, terima kasih sebesar besarnya untuk Primagama Bondowoso, terima kasih. Saat itu, kami disiapkan untuk mengikuti SBMPTN 2018 dengan masa persiapan 1 bulan. Kami diwajibkan memilih kampus top 10 di Indonesia, atau prodi dengan grade tinggi seperti kedokteran. Saat itu pilihan pertamaku ITB, kedua ITS, ketiga IPB.

Titik Balik

2018, aku mendapatkan pengumuman bahwa aku diterima di ITS. Ini merupakan titik balikku. Ini merupakan salah satu jawaban dari penolakan penolakan yang kuterima tahun lalu. ITS adalah rumahku untuk berkembang dan bertumbuh. Apakah semua berjalan mulus? Tidak, aku masih banyak mengalami penolakan. Aku bermimpi aku akan keliling dunia tanpa uangku sendiri. Sehingga aku mencoba mendaftar di berbagai kegiatan internasionalisasi. Aku kembali mengalami penolakan. Gagal excursion ke Singapur dan Australia, gagal exchange ke Shibaura Institute of Technology, gagal exchange ke Universiti Teknologi Malaysia. Namun, itu tidak menyurutkan semangatku. Aku terus mengevaluasi dan belajar hal baru hingga suatu titik aku diterima exchange dengan beasiswa penuh di Chulalongkorn University, Thailand. Pre internship di National Yang Ming University. Collaborative online learning di Kumamoto University. Exchange di Institut Teknologi Bandung.

Di tahun ketiga perkuliahan, aku mendapatkan kesempatan diterima di program magister ITS dengan beasiswa fast track. Finally, aku diterima exchange di University of Szczecin dengan beasiswa Erasmus+.

Ucapan Untuk Semua Pihak yang Telah Membantu

Finally, aku sadar bahwa kegagalan dan penolakan bukan akhir segalanya. Failing is just another word for growing, and I keep going. Sekali lagi, kuucapkan terima kasih sebesar besarnya untuk Primagama Bondowoso dan seluruh tentor yang membimbingku selama proses persiapan intensif SBMPTN 2018. Terima kasih juga kuucapkan ke segala pihak yang telah membantu dalam proses ini. Terima kasih.

Edo Danilyan
Edo Danilyan
PhD Researcher

Interested in computational biology.