Hunting Foto di Ijen & Pemandian Air Panas Blawan
How Everything Started
Di pagi hari yang cerah, kebosanan menyerangku setelah scrolling youtube dan instagram terlalu lama. Ya, aku tau itu bukan kebiasan yang baik, tapi biasanya memang begitu caraku memulai hari. Saat itu aku sedang di Bondowoso, kampung halamanku yang tenang nan adem ayem. Aku pulang dalam rangka menghilangkan penat mengurusi skripsi dan tesisku. Tentu dalam keadaan seperti ini, setiap orang ingin rehat sejenak atau kembali bertemu kawan lama dan mencoba menyelami lebih dalam cerita cerita mereka yang sudah lama tidak kita dengar. Beberapa tahun lalu, aku biasanya cukup sering hunting foto dengan kawanku, sebut saja Yousak, Mas Roqi, Daris, Agung, Dimas, Hasan. Tetiba terpikirkan untuk mengajak mereka ke dataran tinggi Ijen untuk sekadar minum kopi di gunung atau makan gorengan hangat di hutan yang sejuk. Yousak, Mas Roqi dan Hasan mengiyakan ajakanku. Namun, sayangnya Daris, Agung dan Dimas tidak sedang di Bondowoso.
Perjalanan dimulai
Pagi itu aku langsung bertolak ke kediaman Mas Roqi. Tempat ini menjadi titik kumpul awal sebelum kami berangkat bersama ke Ijen. 10 menit setelah aku tiba, Yousak dengan motor klasiknya tiba dan tampak begitu bangga dengan motor kerennya itu. I know, motornya emang beneran keren loh. Setelah itu, kami berbelanja bekal di minimarket terdekat. Hasan tidak berangkat bersamaan dengan kami, dia bilang kalau akan menyusul setelahnya. Mas Roqi berboncengan denganku sementara Yousak mengendarai motornya sendirian. Kami memutuskan untuk melewati jalur Tapen. Jalan ini merupakan akses tercepat dari lokasi kami. Jalannya tidak banyak berkelok, kanan kiri dipenuhi tanaman tebu yang sudah siap panen. Perlu dicatat bahwa kami ke Ijen bukan untuk mendaki ke Kawah Ijen, hanya jalan jalan dan berhenti apabila menemukan spot menarik. Spot pertama yang kami temui adalah hamparan area yang luas dengan sedikit pohon pinus di samping kanan kami. Udaranya sejuk, jalannya berkelok indah dan rerumputan yang menjulang tinggi. Warna jaket dan motor yousak begitu kontras dengan sekitarnya yang hijau. Bagi kami, ini merupakan komposisi warna yang sempurna untuk memotret.
Setelah puas memenuhi kartu memori kamera sampai cukup sesak, kami melanjutkan perjalanan menuju paltuding. Kami melalui jalanan aspal yang kadang dipenuhi debu dan pasir. Terlaps dari hal hal semacam itu, jalanan di dataran tinggi Ijen benar benar menakjubkan. Kami disuguhi pemandangan yang beraneka ragam mulai dari area persawahan yang panas, perkebunan yang produktif, hutan pinus yang teduh, belantara yang sepi hingga jurang jurang yang dalam. Di pepohonan yang usianya bisa jadi 5 kali dari kami banyak ditemukan tanaman epifit seperti anggrek. Anggrek sini sangat beraneka ragam. Topik ini akan dimuat secara mendalam di tulisan lainnnya.
Di tengah perjalanan, kami memutuskan berhenti di dekat air terjun yang dikenal dengan sebutan Kali Pait. Tapi, bukan ini yang menarik perhatian kami melainkan sungai kecil di bawah jembatan dengan pemandangan yang cukup unik. Kami memarkirkan kendaraan di dekat jembatan lalu turun ke sungai untuk melakukan pemotretan. Jalannya terjal dan aroma sungai cukup menyengat, mungkin karena kandungan H2S yang cukup tinggi.
Setelah megendara dari spot kedua selama kurang lebih 15 menit, kami tiba di pos pendakian Paltuding. Tempat ini berudara sangat sejuk dan segar, terdapat lapangan parkir luas, kadang tempat ini menjadi spot camping yang nyaman. Bagaimana tidak? Warung makan yang buka 24 jam, toilet bersih, dan fasilitas lain yang cukup memadai. Alih alih melanjutkan perjalanan, kami berhenti di salah satu warung kopi. Penjualnya baik dan ramah, selain itu dia juga memiliki koleksi anggrek yang cukup membuatku iri, lol. Btw, aku memutuskan untuk membeli teh jahe. Keputusan yang cuku masuk akal mengingat dinginnya Ijen ditambah dengan mendung serta kabut yang mulai turun.
Setelah puas menyeruput teh jahe yang nikmat, kami melanjutkan perjalanan menuju Banyuwangi, dengan harapan akan menemukan spot foto terakhir sebelum balik dan menuju ke pemandian air panas. Perjalanan 15 menit dari Paltuding mengarahkan kami ke sebuah belokan yang cukup menarik. Mungkin aku memiliki kemampuan buruk dalam mendeskripsikan suatu tempat, jadi kulampirkan hasil fotonya saja. Selamat menikmati!
Puas? tentu saja aku sangat puas dengan foto foto yang telah kudapatkan. Aku suka bercerita dengan foto, namun tidak terlalu bisa bercerita dalam bentuk tulisan, tentu blog pertamaku ini dipenuhi banyak kekurangan, jadi mohon dapat dimaklumi.
Kemudian kami bertolak ke pemandian air panas. Aku sudah tidak sabar untuk merendam kakiku yang telah lelah seharian. Sialnya, di tengah perjalanan kami disuguhi kabut yang sangat tebal dan hujan yang sangat deras. Dont get me wrong guys, aku suka hujan, tapi ya gak badai kayak gini juga. Saat melewati kali pait, asap belerang tebal memperparah keadaan. Asapnya membuat mata perih dan dada begitu sesak. Rasanya seperti akan menemui ajal saat itu juga. Beberapa menit kemudian, kami berhenti di sebuah pos sambil menunggu Hasan. Ternyata hasan jatuh akibat genangan, lol. I wish i can embed the video that i recorded, you gotta see his reaction, lol. Saat semuanya telah pulih, kami melanjutkan perjalanan menuju pemandian air panas Blawan.
Pemandian air panas ini memiliki banyak kolam dengan suhu yang begitu bervariasi. Tiket masuk yang murah (1ok IDR) serta fasilitas yang lengkap membuat kami bersyukur tahu tempat seperti ini. Kami berbincang mengenai kebodohan kebodohan kami sewaktu duduk di bangku SMA, bercerita bagaimana fuck upnya kehidupan perkuliahan dan gagalnya kehidupan romansa. Dasar kami, anak muda. Anak muda yang selalu tahu caranya menikmati hidup dan menghargai kebersamaan. Semoga kawan kawan sehat selalu dan dapat bertemu kembali di lain waktu.
Salam hangat.